Sampai
hari ini aku masih bisa merasakan getar bahagia itu, walau sudah seminggu yang
lalu tapi semua masih terasa nyata, jelas, dan tak ada sedikit pun memori yang
terhapus tentang hari itu. Iya, beberapa hari yang lalu aku berlindung dibalik
punggungmu saat derasnya hujan mengacaukan agenda hunting kita. Setelah
berkunjung ke Candi Ijo harusnya kita melanjutkan perjalanan ke Candi Boko yang
katanya memiliki senja nan eksotis. Namun sayang, cuaca hari itu tak
memungkinkan kita untuk menanti cahaya jingga dari ketinggian. Hingga akhirnya
kamu mengurungkan niat mengunjungi Candi Boko.
Setelah
deras hujan sempat membuat sebagian baju dan tasmu basah, akhirnya kita
menemukan tempat berteduh. Sebuah bengkel kumuh ditepi jalan menjadi tempat
singgah kita untuk menikmati gemericik air hujan dan aroma tanah basah. Tak
seindah drama korea yang bisa berteduh berdua saja, kita berteduh bersama banyak
orang; ada yang berbaju kumel dengan gerobak dibelakang motornya, ada sepasang
muda-mudi dengan baju basah kuyub, dan yang lebih mengharukan lagi ada seorang
balita yang terlelap dalam dekap erat ibunya. Sedangkan kamu sibuk memasang
cover bag sembari menghisap rokok. Ah, hujan benar-benar melunturkan semua
atribut sosial dari setiap orang.
Sesekali
aku mencuri pandang pada kamu yang sedang asik menghisap rokok. Dari jarak
sedekat ini tentu aku bisa melihat betapa banyak asap yang kamu hembuskan
keluar, itu semua membuatku begidik ngeri. Memang sejauh ini aku melihat kamu
bukan sebagai perokok berat seperti kakakku, tapi sama saja.. merokok itu bukan
hal yang sehat dan merokok itu bukan suatu kebiasaan yang bisa dengan mudah
diubah atau bahkan ditinggalkan begitu saja. Sungguh aku sangat membenci
seorang perokok macam kamu, tapi aku bisa apa? Disaat seperti ini memang hanya
sebatang rokok yang bisa membuat tubuhmu tetap terasa hangat.
Beberapa
saat kemudian hujan mulai reda, satu persatu orang yang memenuhi bengkel kumuh
itu mulai pergi melanjutkan perjalanannya, termasuk kita. Kali ini aku dan kamu
sudah benar-benar membulatkan tekat untuk tidak kembali ke rumah sebelum
mendapatkan matahari terbenam. Masih dengan semangat yang menggebu kita memutar
arah untuk kembali menelusuri tanjakan supaya bisa memijakkan kaki di sebuah
candi yang terletak diatas bukit. Candi itu bernama Candi Boko, sebuah
destinasi pariwisata DIY yang menyuguhkan matahari senja dengan warna jingga
yang menawan. Sebagai landscaper kita tak bisa melawatkan kesempatan untuk
mendapat citraan Tuhan yang sangat menawan itu.
Udara
segar bercampur aroma basah akibat hujan lebat beberapa saat lalu membawamu
pada nostalgia. “Di kampung halamanku suasananya selalu seperti ini. Tak pernah
ada musim kemarau, yang ada hanya musim hujan”, katamu. Sesampainya di lokasi
candi, kita sempat kecewa dengan gumpalan awan hitam yang tak kunjung menepi.
Namun kekecewaan itu tak berlangsung lama karena guratan “mejikuhibiniu” nampak
jelas di langit, itu menandakan bahwa cahaya matahari telah berhasil menembus
gumpalan awan tebal. Akhirnya kita memutuskan untuk terus mengejar senja walau
kemungkinan untuk mendapatkan senja sesaat setelah hujan lebat sangatlah kecil.
Sebelum
sampai kekomplek candi utama, kita disuguhkan dengan lukisan indah kota Yogyakarta
dari ketinggian. Dari jauh juga tampak Candi Prambanan yang kelihatan lebih
tinggi dari bangunan-bangunan disekitarnya. Kita terus melangkahkan kaki menuju
candi utama yang merupakan tempat para landscaper menjemput sunset. Sampai
ditempat, kamu langsung mempersiapkan tripod dan camera untuk mengabadikan
sunset ala Candi Boko.
|
Sunset Candi Boko |
Kata
seorang penjaja makanan disekitar Candi Boko, sunset akan tampak pada pukul 5 sore atau sekitar 30 menit dari saat kita
tiba disana. Namun belum genap 30 menit kita menunggu ditempat itu matahari
senja sudah tampak meradang dan kamu segera mengambil posisi untuk ngambil
bagian demi bagian terindah dari matahari senja di Candi Boko. Ah, sekali lagi
aku terbius dengan kepiawaianmu membidik cahaya senja dan kamu tampak serasi
dengan camera ditanganmu. Sungguh aku sangat berterima kasih kepada Tuhan yang
telah pertemukan aku dengan ciptaannya yang tak sempurna tapi sarat akan
kelebihan; kamu.
|
Cahaya jingga dari Candi Boko |