TERAKHIR BERAKHIR

Aku : Pertanyaan buat siapa?

Dia : Menurut kamu?

Aku : Bukan buat aku. Karena kalo emang buat aku harusnya udah ditanyain langsung kan mulai tadi bbman. Nah kamu tanyanya lewat PM jadi banyak kemungkinan..

Dia : Yaudah kalo mikirnya bukan buat kamu? Menurut kmu hape aku ramai bbm? Yaudah intinya kan kamu belom tau aku.

Aku : Intinya, sebaiknya kita gak memulai sebuah percakapan yang menyangkut perasaan. Ketika kita ngomongin perasaan yang ada malah kita tengkar lagi kaya dulu. Karena kita cuma dua orang yang saling sayang dan pernah dibuat jatuh cinta berkali-kali tapi gak pernah punya nyali buat ungkapin.

Dia : Itu kamu tau.. Sekarang gmn?

Aku : Kenapa kita selalu ngebahas kaya beginian di bbm? Dan kenapa kita gak ngebahas ini waktu ketemu? Kenapa!

Dia : Aku pun gak bisa jawab dan gak pernah ada kesempatan yang pas untuk membicarakan itu

Aku : Sebenernya masalah kita cuma 3
1. Aku egois dan kamu juga
2. Kamu kaku dan aku juga
3. Aku gak suka diatur dan kamu juga

Dia : Sudah tahu 3 hal itu. Lalu?

Aku : Lalu dengan bodohnya kita bertahan pada keegoisan masing masing

Dia : Gak mau. Aku berharap jalan beriringan dan bersama

Aku : Jadi?

Dia : Jadi gimana?

Aku : Menurutmu?

Dia : Hubungannya mau tetep gini gini aja. Apa mau lanjut? Jawab

Aku : Lanjut dalam artian kaya gimana?

Dia : Ini tentang status.

Aku : Kalau kamu mau dapet status yang jelas, kamu harus nyatain perasaan kamu langsung di depan aku. Bukan lewat bbm. Gampang kan?



Seratus Hari Pertama

Kami salah,
Karena terlalu memaksakan diri untuk bersama walau perpisahan sudah jelas di depan mata. Kami sadar hubungan ini tak akan memiliki titik temu. Kecuali ada salah satu dari kami yang mengalah. Dan, 'salah satu' itu pasti bukan aku.

Aku,
Bukan seorang muslim yang sempurna. Aku berangkat kuliah menggunakan hijab dan berangkat nongkrong dengan rambut merah tergerai, tapi setidaknya sholatku sudah tertib. Bermodalkan ilmu dari Taman Baca Al-Quran aku terus berusaha mengkhatamkan 30 juz. Mengingat cara membacaku yang masih blekak-blekuk, mengkhatamkan kitab suci pun terasa sulit.

Dia,
Seorang anak pemuka agama. Dia dan keluarganya sangat memegang teguh perintah agama. Disaat laki-laki seusianya malas berangkat ibadah dengan alasan "males" "capek" "gak sempat" "sibuk" dan "gak ada yang nemenin" dia malah dengan senang hati melangkahkan kaki ke tempat ibadah.

Ah seandainya kita melangkah ke tempat yang sama..

Kami sudah coba untuk saling menjauh, berusaha temukan orang yang lebih baik yang tentunya seiman. Tapi hati..

Ketika ditanya, "kalian pacaran?"

Kami bisa saja menipu banyak orang dengan menjawab "cuma temen kok" atau "kita beda, mana bisa jalan bareng". Tapi sekali lagi..

Hati, segumpal daging yang tidak bisa ditipu!

Hari ini adalah hari ke-100 bersama dia. Memang belum layak untuk dirayakan, tapi aku sangat bersyukur telah dipertemukan dengan manusia seperti dia. Semoga tiga bulan yang kami jalani tidak sia-sia dan berakhir bahagia.

Aamiin.