Harapan Baru



Pantai Payangan, 17 Februari 2016


Sudah tiga tahun..

Aku tidak mengenang masa jombloku yang udah tiga tahun, tapi aku mengenang betapa hebatnya enam bulan bersama kamu, dan mengenang betapa menyakitkannya menerima kenyataan. Tahun ini kamu merayakan aniv ke dua dengan wanita bernama Desi dan ditahun yang sama aku ikut merayakan kebahagiaanmu sendirian. Walau pun sendirian setidaknya aku ikut merayakan kebahagiaanmu. Meski seorang diri setidaknya aku masih menjaga namamu.

Menerima kenyataan bahwa kamu tidak lagi sendiri adalah kenyataan pahit yang kukecap disetiap lima waktuku. Meski akhir akhir ini aku menyisipkan nama baru di dalam doaku tapi nama itu belum bisa buatku berhenti menyebut namamu. Memang bodoh.. tapi inilah aku wanita bodoh yang biarkan hatinya sesak tergenang kenangan. 

Hari ini aku ingin meletakkan kamu pada posisinya. Aku ingin menghela nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya. Kamu, kenangan, boneka sapi imut itu, baju batik sarimbit yang mahal itu, gantungan kunci belahan hati, kartu ucapan selamat ulang tahun dari kamu bertahun tahun lalu, dan kurang beberapa rupiah lagi aku bisa membeli helm baru agar semua tentangmu tidak lagi menggelayutiku. 

Setibanya di Jogja aku tidak akan memeluk boneka sapi imut darimu lagi. Pasti sulit untuk membiasakan diri memeluk boneka lain kemudian mengubah posisi tidur ternyamanku, tapi aku yakin bisa. Mungkin dalam beberapa hari aku akan semakin sulit tidur tapi aku rela korbankan malamku demi mengubur kenangan bersamamu.

Baju batik sarimbit itu baru saja aku keluarkan dari lemari baju. Lama aku mengamati baju itu, mengamati modelnya, merasakan lembut kainnya, dan menalikan pita yang sudah lama lepas. Apa kabar dengan bajumu? Masih berdiam di dalam lemari atau sudah terbakar amarah orang tuamu saat tau bagaimana keadaanku? Tekatku sudah bulat, aku melipatnya dengan hati-hati dan memasukkannya kedalam kardus dan menaruhnya di lemari tempat baju tak terpakai.

Gantungan kunci belahan hati darimu sudah hilang sejak SMA kelas 2. Saat itu kamu masih rajin menghubungiku dan kudapati kemarahanmu ketika tau bahwa gantungan kunci yang katanya limitit edisen itu terlepas dari kunci motorku. Maaf..

Ah, kartu ucapan selamat ulang tahun itu dulunya kujadikan penghangat dompet. Namun baru saja aku keluarkan dari dalam dompet yang mulai penuh dengan kwitansi pembayaran dan beberapa nota garansi alat elektronik di kosan. Harusnya sejak dulu aku lakukan ini semua.

Doakan semoga rejekiku lancar agar dapat menanggalkan helm ungu abu abu penuh dengan stiker itu. Kemudian membeli helm baru yang lebih bagus dan bisa menghilangkan kenangan kenangan gila tentang aku dan kamu.

Terima kasih untuk enam bulan terhebatnya. Aku telah menyingkirkan segala sesuatu yang berbau kamu dan aku siap membuka hati untuk yang baru..

Malioboro dan Kesan Pertama

Sebelumnya Medan Jogja Jember


Reo meletakkan satu cup ice cream lalu duduk disampingku. "Tumben duduknya gak berhadapan?" tanyaku heran. Dia cuma nyengir kuda tanpa menjawab pertanyaanku.

Malam ini hujan membasahi jalan Malioboro dan di malam ini juga manusia berjaket merah ini mengajakku menikmati makan ice cream ditemani setiap rintik yang jatuh. Katanya agar semua kenanganku tentang mantan segera luruh bersama hujan. Aku tertawa keras saat mendengar alasannya. Setauku rintik hujan bisa menghidupkan kenangan masa lalu. Ah serem..

Aku sedang asik menikmati ice cream ketika manusia penikmat hujan ini berdiri menyambut kedatangan seseorang. Mataku mengamati seorang lelaki dengan jaket warna hijau army mendekat kearah kami. "Bajingan! Apa kabar?" Reo merangkul lelaki itu. 

Setelah basa-basi busuk sambil berdiri akhirnya Reo mengajak lelaki itu duduk semeja dengan kami. "Nih kenalin sahabat aku.." ucapnya penuh semangat.

"Pria" 

"Rara.." 

"Ra, Pria ini suka nulis puisi. Kadang nulis lagu buat bandnya juga," jelas Reo padaku.

"Waah, kak Pria punya band?" kali ini aku mulai tertarik dengan topik bahasan ini.

Pria cuma mengangguk saja.

Hening..

Topik pembicaraan kami habis dan aku kembali fokus pada ice cream di hadapanku. Aku melihat kedua bocah tengik dihadapanku, Reo sedang asik berbalas pesan dengan Mela, dan baru saja Pria mengeluarkan pensil dari tasnya lalu menggambar makhluk astral di kertas bekas nota pembayaran.

Mataku tak bisa lepas dari jari lentik Pria, jarinya terus menari indah diatas kertas. "Woy! Mata lu bisa lepas ngeliatin Pria dari tadi!" kali ini Reo mengagetkanku.

"Hussst! Diem deh. Liat tuh gambar makhluk astral bikinan Pria udah hampir jadi," jawabku dengan geram.

Pria memandang kami berdua dengan muka bingung. Reo nyengir sambil berkata, "Rara orangnya memang udik, gampang heran."

Sekarang giliran Pria yang nyengir. "Kalian kalau lagi jalan bareng suka asik sendiri kaya gini?"

Aku dan Reo saling berpandangan kemudian mengangguk kompak.

"Oh.. Aku kira karena kalian sahabat jadi banyak hal yang bisa diobrolin. Curhat kek. Ngomongin orang kek. Atau apa kek.." tutur Pria.

"Biasanya sih Reo hobi ngomongin Mela, berhubung mereka lagi baikan jadi gak ada topik bahasan.." aku menjulurkan lidah di depan Reo.

Pria terkekeh geli. "Ohya, sudah jam 9 nih. Aku balik duluan ya.. ada janji sama orang," dia pun melambaikan tangan dan berlari menuju pintu keluar. Namun beberapa saat kemudian Pria kembali menghampiri kami. "Ra ini buat kamu. Disimpan ya, kalau kita ada waktu bertemu lagi, aku buatkan yang lebih bagus dan rapi".

Aku melihat kertas nota pembayaran bergambar makhluk aneh di tanganku.


***

"Pria.." ucap Reo. "Kesan pertama kamu tentang Pria.." lanjutnya.

"Oh.. Kesan pertama ya.." aku berfikir sejenak. "Pria itu tinggi, kulit sawo matang, mata panda, rambut panjang bergelombang, dan berkumis tipis".

"Keren?"

"Lumayan," jawabku.

"Dasar jomblo belagu! Cowok kaya Pria di bilang lumayan. Terus cowok keren versi lu kaya gimana, Ra?" Reo melangkah mendahuluiku sambil menggerutu.


Manusia Pesisir 2

baca juga Manusia Pesisir 1


Di lain cerita aku pernah bertemu pemuda Singaraja di kelas Geografi sewaktu SMA..

Predikat siswa baru masih melekat padaku, warna seragam yang birunya lain dengan yang lain, dan kerudung yang masih polos tanpa ada bet nama. Waktu itu aku sedang rajin rajinnya cek twitter sambil sesekali berbalas mention dengan teman lama atau teman baru. Ada salah seorang teman baru yang rajin berbalas mention denganku, namanya.. sebut saja Bunga. Bunga selalu aktif di twitter dengan beberapa tweet berbahasa inggris dan dia rajin berbalas pesan dengan Manusia Pesisir satu ini. Sampai pada suatu ketika, Manusia Pesisir meRetweet salah satu dari sekian banyak tweet galau milikku. Rasanya terpental kemasa-masa dimana aku pertama kali mengenal Manusia Pesisir ini.

Awal pertama kenal dengan Manusia Pesisir, dalam ingatanku dia adalah seorang siswa dari SMA yang baru baru ini juga menjadi SMAku. Beralmamater biru, berkacamata, hitam, rambut ikal, dan giginya gingsul. Aku tau semua ciri-ciri fisik itu hanya dari Facebook. Iya intinya kami memang hanya berkomunikasi di Facebook. Ketika itu sedang jaman-jamannya WTW atau Wall to wall, adegan dimana membalas komen pada kolom komentar sudah terlalu menstrim sehingga manusia cerdas Indonesia menggunakan cara lain untuk berbagi kabar. 

Seingatku wall Facebooknya selalu ramai dengan balasan wall dari banyak akun yang tak aku kenal tapi berdomisili di Blitar juga. Pertama mengenalnya kelas 2 SMP dan itu artinya dia masih kelas 1 SMA. Pertama mengenalnya aku tau dia memiliki pacar yang sama gilanya dengan Manusia Pesisir ini. Ada beberapa balasan wall dari pacarnya yang sering membuatku terpingkal, sampai-sampai aku berpikir "ada ya orang pacaran kelakuannya kaya gini". Aku sudah mulai lupa bagaimana detail perkenalan kami di Facebook.

Jaman semakin modern, sampai sampai ibuku memiliki akun Facebooknya sendiri, dan beliau selalu mengomentari semua status galauku. Karena aku orangnya kepo akhirnya aku berusaha untuk move on ke twitter. Pertama kali punya akun twitter rasanya bingung banget. Walau pun setiap hari aku buka twitter, ngetweet, dan baca tweet dari akun bercentang yang aku follow tapi sejujurnya aku gak paham paham banget sama sistem kerja twitter.

Sudah.. lupakan kebodohanku masa itu..

Kelas 3 SMA aku diberi mukjizat untuk pindah sekolah ke Blitar. Yey~ Dan ada satu mukjizat lagi yaitu dipertemukan dengan Manusia Pesisir ini. Dalam sebuah mention dia bilang, "heh denk! kamu pindah sekolah neng mblitar to". Seperti wanita pada umumnya, aku juga doyan ngeles biar mention-mentioannya bisa panjang. haha~ edan! 

Pada akhir adegan mention-mentionan itu dia bilang, "aku lho ndelok jenengku neng absen ngarep BK. Mlebu kelas IIS 3 to?" 

Kali ini aku tidak bisa mengelak lagi. Aku cuma ber iya iya ria saat dia bercerita tentang kedatangannya di SMA beberapa hari lalu. 

Aku mulai lupa bagaimana alurnya, sepertinya cerita ini alurnya bakalan lompat lompat..

Oke singkat cerita,
Siang itu Bunga yang baru masuk kelas berteriak padaku, dia bilang, "fah kamu dicari Manusia Pesisir". Aku melongo. Baru beberapa hari lalu dia bilang sedang di Singaraja, karena dia memang kuliah di Singaraja dan sejak saat itu banyak kata Singaraja muncul dikepalaku karena sebelum tau dia kuliah di Singaraja, ada salah satu dari sekian banyak mantanku yang lahir, besar, dan tamat sekolah di Singaraja tapi kuliah di Jember. 

Sebelum manusia berrambut ikal dan gondrong itu masuk kelas, aku masih meyakinkan diri bahwa apa yang diucap Bunga hanya angin lalu. Memang akhir akhir ini aku rajin berbalas mention dengan Manusia Pesisir ini dan Bunga yang juga mengenal Manusia Pesisir ini sering ngebully aku di kelas. 

Akhirnya, manusia pesisir itu masuk kelas bersama guru Geografi. Deg! Modyar~ yang dikatakan Bunga ternyata benar. Aku masih ingat jelas, hari itu dia mengenakan jas almamater kampusnya, sebagai anak SMA yang sebentar lagi jadi mahasiswa juga, melihat seonggok mahasiswa di sekolah rasanya pasti rada gimana gitu.

Aku anak baru. Biasanya anak baru kalah saing sama anak lama kalau masalah rebutan bangku. Karena aku anak baru yang cinta damai akhirnya aku menikmati takdir untuk duduk di bangku paling belakang dan jauh dari jangkauan guru. Iya, jauh dari jangkauan guru dan.. Manusia Pesisir itu memilih duduk di bangku paling belakang. Berjarak dua meter dari tempat dudukku. Astaga!

Selama pelajaran Geografi semuanya masih baik baik saja, tapi baik baik saja itu berubah jadi kacau karena dia memanggilku, "denk.. denk.. denk..". Awalnya aku cuma nyengir kuda lalu fokus lagi ke pelajaran. Sayangnya dia malah menggeser posisi dudukku lebih dekat kearahku, akhinya aku pun tergoda. Kami baru memulai obrolan ketika salah seorang teman bilang, "cieee hanifah sama masnya.." 

Tanpa dikomando, seluruh mata mengarah pada kami yang sama sama kikuk, bahkan guru Geografi yang notabene adalah wali kelasku juga ikut terkekeh mendengar kalimat temanku itu.

Dan,
Ada satu cerita lagi..

Medan Jogja Jember



"Aku balik Medan dulu.." tulisnya dalam sebuah pesan singkat.

Beberapa hari sebelum dia mengirim pesan singkat ini, ada sebuah tragedi yang membuat dia kalang kabut.



Siang itu..


Aku terhuyun menuruni anak tangga menuju depan tempat kos. Di ambang pintu dia berdiri dengan wajah sendu. "Kenapa? Kamu sakit?" aku pun panik.

Dia hanya menggeleng pelan.

"Terus kenapa?" aku bertanya sekali lagi.

Dia menyeretku menuju sepeda motornya, "kamu liat deh tasku.."

Aku mengamati tasnya dengan seksama. "Serius deh, aku gak paham.. kenapa sih?"

"Mata lu dimana sih?" dia meraih tasnya dari tanganku. "Nih liat!" 

Tangannyan membuka resleting di tasnya lalu mengeluarkan benda kotak berbalut plastik hitam dari dalamnya. "Laptop aku basah, Ra"

Aku masih melongo melihat bungkusan hitam di tangannya. "Kamu serius? Itu beneran basah?"

"Iyalah!" bentaknya. "Aku harus gimana, Ra? Semua data ada disini.."

"Tunggu.." aku menarik nafas panjang untuk menenangkan diri sendiri. "Kamu harus tenang.." kataku.

"Tenang tenang matamu! Masa depanku ada disini!" 

"Sini laptopnya," dia menyerahkan bungkusannya padaku. "Laptopnya mau aku kipas dulu di kamar"

Beberapa saat kemudian aku keluar dengan baju rapi, "makan dulu yuk.. banyak banyak doa aja." Dia hanya mendongak sebentar lalu buang muka. Mata sayu itu lagi lagi buatku iba. 

"Sudah to.. santai aja. Laptopmu gak bakalan kenapa kenapa. Percaya deh sama aku," aku menyentuh bahunya perlahan. 

Selesai makan, dia memintaku untuk mengambil laptopnya dan melakukan adegan kipas-kipas di tempat kosnya saja. Karena aku manusia yang penurut, akhirnya aku menuruti permintaannya. 

"Nih.." aku menyodorkan laptop beserta hairdryer milikku.

"Bawa," ucapnya datar. Dia memutar arah motornya. "Ayo naik.."

"Lha? Aku ikut juga?" 

"Iyalah! Cepet naik!" ini sudah kali ke tiga dia membentakku.



Singkat cerita..

Setalah melakukan beberapa metode sesatku, laptopnya pun berhasil hidup kembali. Setidaknya sekarang dia bisa bernafas lega meski kenyataannya itu laptop kaya gak bisa dicharger gitu. Jadi, dia memutuskan untuk membawa laptop kesayangannya ke tempat service dengan harapan masa garansinya masih ada.

"Kalau sampai laptopku harus nginep di tempat service, aku mau balik Medan!" ucapnya penuh semangat.

"Ya pulango sana.. lagian akhir akhir ini kamu terlalu ngeforsir badanmu. Kamu butuh piknik, le!" 

"He! Aku ini punya target lulus bulan Mei. Kalau gak dikebut takut waktunya gak cukup," gerutunya.


***

Keesokan harinya dia menemuiku dengan wajah sumringah.  

"Fix. Sabtu besok aku balik Medan," katanya.

"Cieee.. akhirnya bisa ketemu Ibunda tercinta."

"Ah kau ini.." dia terkekeh sebentar lalu mukanya menjadi serius lagi. "Sekarang hari apa?"

"Selasa," jawabku.

"Kamu balik Jember kapan?"

"Minggu," jawabku sedikit ragu.

"Nah! Boleh aku pinjam laptopmu? Katamu, apa pun yang terjadi aku harus tetap produktif"

Aku menghembuskan nafas lega, "yaelaaah, aku kira apa. bawa deh bawa."

Dia tersenyum, "terima kasih ya, Ra.. Terimakasih karena selalu ada ketika otakku konslet dan panik kaya kemarin"



Hei,
Sari Nande di Farmasi UGM, Rindut di FK UGM,
Saad Baruqi di Fisika UNAIR, Triesca Wahyu di Teknik Sipil UNEJ,
Duta Putra di Perpajakan UNEJ, Mbak Chita Merary di Hukum UNEJ,
Jauharoh di IPB, Mas Angga Wijaya di Pend. Geografi UNDIKSA
Mas Dani di UNY, Mbak Tea di ISI Yogya
dan Wahyu Widyacipta di hatiku

Selamat garap skripsi.. 
Garap skripsi harus semangat!