Kamu mau kemana?

Aku lho disini.. kamu mau kemana? 

Aku lho disini sudah sejak empat semester lalu.. kamu mau kemana?

Aku lho selalu tanya kamu mau kemana? dan kamu gak pernah bisa jawab. 

Dan ketika kamu bilang kamu mau pergi aku harus tanya kamu mau kemana? gitu?

Kalau aku beneran tanya, emang kamu sudah punya jawabannya?

Kalau aku beneran tanya, emang kamu mau jawab apa?


[Hallo]

Hallo, 
Kamu apa kabar?

Aku rindu. Saking rindunya sampek bingung mau nulis apa. Soalnya kita sudah lama gak ngobrol dan setiap kali ketemu cuma bisa liat liatan sambil bingung mau ngomong apa. Ya gimana ya.. aku gak bisa baca pikiran kamu sih. Coba bisa, pasti aku lebih gampang menempatkan diri sambil nyari topik pembicaraan. 

Kamu lagi sibuk apa?
Besok aku ada praktik mandiri nih. Praktiknya biasa aja sih, gak ada yang istimewa, tapi aku butuh kamu buat dengerin aku. Hahaha! Dengerin? Mau ketemu be susah. 

Kamu lagi apa?
Main gitar sambil nafas atau lagi nendang bola sambil salto? Aku sih gak peduli kamu lagi ngapain. Kamu kan orangnya gak mau dipeduliin. 

Kamu udah makan belum?
Pasti jawabanya udah makan biar aku gak ngomong 'ayok makan bareng'. Kamu ya.. aku tanya kaya gitu bukan sekedar ngajakin kamu makan. Aku cuma ingetin kali aja kamu bener bener lupa makan. Kalau pun aku ngajakin makan ya itu karena aku cuma pengen nemenin kamu makan.

Hari ini kamu tidur berapa jam?
Jangan tidur subuh. Mbok ngaca! Kamu kalo kurang tidur mukanya jadi kaya zombie. Matanya beruam item dan mukanya pucat kaya orang kurang darah. Tidur.. Tidur.. Tidur.. Kamu harus sehat. Aku gak mau liat kamu lemes, diem aja, sambil ngusap ingus pake tisu toilet. 

Intinya,
Kamu jangan telat makan, istirahat yang cukup, jangan lupa minum air putih. 

Aku sayang kamu

MENANG

Langkah gontainya terhenti di ujung anak tangga. Sejenak ia menikmati guratan jingga di langit senja sambil melonggarkan lilitan dasi di lehernya. Tak lama ia beranjak menyurusi koridor lantai dua menuju pintu diujung sana, kepalanya menunduk lesu, mengamati ujung sepatu hitam pemberian ibunda. Lagi lagi langkahnya tercekat, kepalanya mendongak pelan, melihat pemandangan yang tak biasa. Mendapati seorang wanita muda berdiri di depan pintu kamarnya memegang seikat bunga mawar putih. 

Wanita itu menyadari kehadirannya. Ia melanjutkan langkah pelan pelan, menunggu degup jantungnya kembali tenang, menerka-nerka pertanyaan macam apa yang ingin wanita itu lontarkan. Kini mereka berdiri di tempat yang sama. Tatapan wanita itu tidak sekeruh kemarin, tidak ada yang dilakukan wanita itu selain memandangi si jangkung dengan teduhnya. 

Ia mulai membuka pembicaraan. "Aku gagal," ucapnya nyaris tak terdengar.

"Aku gagal.." ia mengulang ucapannya sekali lagi.

Wanita di hadapannya hanya tersenyum tipis. Meraih tangan kanannya lalu meletakkan seikat bunga mawar putih diatas tangan itu. Wanita itu memaju satu langkah, merengkuh bahu si Jangkung tanpa ragu. Ia mendekap wanita itu erat-erat. Dari situ ia tau bahwa menang tidak selamanya mengalahkan.

SELAMAT

Aku lega mendengar kabar kamu sudah tinggal wisuda meski sampai detik ini revisian mu pun belum dijamah. Aku juga ikut lega mendengar kabar kalau kamu sudah siap terbang ke Kalimantan untuk bekerja di tambang batu bara milik nenek moyangmu. Aku sangat lega bisa melepaskanmu dengan cara seperti ini. Setidaknya kita tidak perlu bertengkar seperti dulu. Kedepannya kita masih bisa berbalas LINE walau cuma sekali dua kali.


Meletup!

Aku harus bagaimana?

Kamu membuatku terbiasa dengan segala sesuatu tentang kamu. Lalu dengan mudahkan kamu pergi tanpa permisi, meninggalkan aku dan semua kebiasaan yang tak bisa aku lakukan sendiri. Kamu tau, aku butuh kamu! Aku butuh kamu untuk menguatkan aku. Aku butuh kamu sebagai tempat pulang, melepas segala penat setelah seharian berjibaku dengan dosen, tugas, dan rapat.

Kamu tidak tau rasanya jadi aku yang hari-harinya habis hanya untuk memikirkan bagaimana keadaanmu. Mungkin di depanmu aku hanya bisa diam sambil sesekali mencuri pandang, tapi di dalam sini ada berbagai macam kekhawatiran yang menggelayut manja. Bisa saja aku menunjukkan semua kekhawatiranku. Tapi tidak.. jangan sekarang. Aku tidak ingin kedekatan ini berhenti disini.

Aku pun baru menyadarinya akhir-akhir ini, saat aku kelawat bahagia, aku mencoba untuk menulis sesuatu tentang kamu dan hasilnya nihil. Entah kenapa bertemu denganmu adalah suatu kebahagiaan yang belum bisa kuungkap lewat tulisan.  Jariku hanya bisa menulis sepanjang satu paragraf. 

Kamu tau, malam ini aku terdampar di ruang editing bersama tumpukan kertas lengkap dengan teks bahasa inggrisnya. Malam ini juga aku sadar, semua tentang kamu harus tetap berada di ruang tertutup. Tidak boleh ada seorang pun tau, aku tidak boleh menulis satu kalimat pun tentang kamu, dan aku tidak boleh berharap banyak kepadamu.

Sudah, aku lelah menjadi baik di depanmu. Aku bosan mencoba jadi dia yang kamu mau. Aku muak dengan larangan makan banyak hanya karena ingin jadi ideal di matamu. Aku ingin jadi aku!

Dan.. bimsalabim.. aku buang jauh jauh kata istimewa yang sengaja kusematkan di bahumu. Bahu yang begitu kuat untuk disandari. Lengan yang begitu kokoh untuk merengkuh tubuh besar nan rapuh ini. Tangan yang senantiasa mengusap lembut kepalaku saat kebingungan menguasai tubuh ini.

Aku harus bagaimana?
Aku sudah putus asa mengejarmu. Bolehkah aku berhenti disini? Aku sudah iklas melihat punggung lebarmu menjauh.