Meletup!

Aku harus bagaimana?

Kamu membuatku terbiasa dengan segala sesuatu tentang kamu. Lalu dengan mudahkan kamu pergi tanpa permisi, meninggalkan aku dan semua kebiasaan yang tak bisa aku lakukan sendiri. Kamu tau, aku butuh kamu! Aku butuh kamu untuk menguatkan aku. Aku butuh kamu sebagai tempat pulang, melepas segala penat setelah seharian berjibaku dengan dosen, tugas, dan rapat.

Kamu tidak tau rasanya jadi aku yang hari-harinya habis hanya untuk memikirkan bagaimana keadaanmu. Mungkin di depanmu aku hanya bisa diam sambil sesekali mencuri pandang, tapi di dalam sini ada berbagai macam kekhawatiran yang menggelayut manja. Bisa saja aku menunjukkan semua kekhawatiranku. Tapi tidak.. jangan sekarang. Aku tidak ingin kedekatan ini berhenti disini.

Aku pun baru menyadarinya akhir-akhir ini, saat aku kelawat bahagia, aku mencoba untuk menulis sesuatu tentang kamu dan hasilnya nihil. Entah kenapa bertemu denganmu adalah suatu kebahagiaan yang belum bisa kuungkap lewat tulisan.  Jariku hanya bisa menulis sepanjang satu paragraf. 

Kamu tau, malam ini aku terdampar di ruang editing bersama tumpukan kertas lengkap dengan teks bahasa inggrisnya. Malam ini juga aku sadar, semua tentang kamu harus tetap berada di ruang tertutup. Tidak boleh ada seorang pun tau, aku tidak boleh menulis satu kalimat pun tentang kamu, dan aku tidak boleh berharap banyak kepadamu.

Sudah, aku lelah menjadi baik di depanmu. Aku bosan mencoba jadi dia yang kamu mau. Aku muak dengan larangan makan banyak hanya karena ingin jadi ideal di matamu. Aku ingin jadi aku!

Dan.. bimsalabim.. aku buang jauh jauh kata istimewa yang sengaja kusematkan di bahumu. Bahu yang begitu kuat untuk disandari. Lengan yang begitu kokoh untuk merengkuh tubuh besar nan rapuh ini. Tangan yang senantiasa mengusap lembut kepalaku saat kebingungan menguasai tubuh ini.

Aku harus bagaimana?
Aku sudah putus asa mengejarmu. Bolehkah aku berhenti disini? Aku sudah iklas melihat punggung lebarmu menjauh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar