MENANG

Langkah gontainya terhenti di ujung anak tangga. Sejenak ia menikmati guratan jingga di langit senja sambil melonggarkan lilitan dasi di lehernya. Tak lama ia beranjak menyurusi koridor lantai dua menuju pintu diujung sana, kepalanya menunduk lesu, mengamati ujung sepatu hitam pemberian ibunda. Lagi lagi langkahnya tercekat, kepalanya mendongak pelan, melihat pemandangan yang tak biasa. Mendapati seorang wanita muda berdiri di depan pintu kamarnya memegang seikat bunga mawar putih. 

Wanita itu menyadari kehadirannya. Ia melanjutkan langkah pelan pelan, menunggu degup jantungnya kembali tenang, menerka-nerka pertanyaan macam apa yang ingin wanita itu lontarkan. Kini mereka berdiri di tempat yang sama. Tatapan wanita itu tidak sekeruh kemarin, tidak ada yang dilakukan wanita itu selain memandangi si jangkung dengan teduhnya. 

Ia mulai membuka pembicaraan. "Aku gagal," ucapnya nyaris tak terdengar.

"Aku gagal.." ia mengulang ucapannya sekali lagi.

Wanita di hadapannya hanya tersenyum tipis. Meraih tangan kanannya lalu meletakkan seikat bunga mawar putih diatas tangan itu. Wanita itu memaju satu langkah, merengkuh bahu si Jangkung tanpa ragu. Ia mendekap wanita itu erat-erat. Dari situ ia tau bahwa menang tidak selamanya mengalahkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar