Bisakah?

Hai, bisakah aku dengar suara merdumu lagi?
Tidak

Hai, bisakah kau nyanyikan lagu itu untukku?
Tidak

Hai, bisakah aku duduk disampingmu lagi?
Tidak

Hai, bisakah kau berjalan disebelah kananku lagi?
Tidak

Hai, bisakah aku melihat punggunggu lagi?
Tidak

Hai, bisakah kau membawaku mengelilingi kota dengan motormu lagi?
Tidak

Hai, bisakah aku mengamati wajahmu dari dekat ?
Tidak

Hai, bisakah kau memberiku sebuah senyuman lagi?
Tidak

Hai, bisakah aku meresakan tatap mata yang teduh itu lagi?
Tidak

Hai, bisakah kau memberi kedamaian itu lagi?
Tidak

Hai, bisakah aku menyentuh rambut hitammu lagi?
Tidak

Hai, bisakah kau menggenggam tanganku lagi?
Tidak

Hai, bisakah aku melihatmu makan dengan lahap?
Tidak

Hai, bisakah kau menghapus sisa kotoran di pipiku lagi?
Tidak

Hai, bisakah aku mengajakmu nonton bareng lagi?
Tidak

Hai, bisakah kau menemaniku jalan-jalan di mall lagi?
Tidak

Hai, bisakah aku melihatmu mengenakan baju takwa lagi?
Tidak

Hai, bisakah kau menjadi imam dalam sholatku lagi?
Tidak

Hai, bisakah aku menangis sesenggukan dipundakmu lagi?
Tidak

Hai, bisakah kau memberiku sebuah masukan lagi?
Tidak

Hai, bisakah aku membuatmu bahagia?
Tidak

Hai, bisakah kau tetap disini?
Tidak

Hai, bisakah aku memutar kembali waktu?
Tidak

Hai, bisakah kau memaafkan aku?

Mahasiswa Setengah Superhero

Selamat malam manusia dengan seribu satu kesibukan…
Hari ini aku mulai gerah dengan ketidakpedulianmu. Mungkin lebih tepatnya aku gerah dengan tindakan bodohku yang menunggu BBM dari kamu. Berkali-kali aku menekan tombol lock dan menekan icon BBM, tapi hasilnya nihil. Lagi-lagi aku mengutuk diri karena tak seorangpun mengirimkan BBM untukku, termasuk kamu. Bahkan dimalam selarut ini aku masih sempat-sempatya beharap kamu menyapaku. Aku hanya berharap, bukan menuntut agar kamu mengirimkan sapaan untukmu diantara serentetan aktifitasmu.
Dari pagi aku sudah dirasuki setan usil. Rasanya tanganku gatal. Aku bosan dan aha.. Aku ingin menghujanimu dengan serentetan PING!!! agar kamu tak acuhkan aku lagi. Tapi niat busukku mendadak hilang saat aku ingat betapa lelahnya menjalani aktifitas layaknya superhero. Dikejar-kejar deadline tugas dan harus membagi waktu dengan berorganisasi (katamu). Aku memang belum tahu bagaimana rasanya jadi mahasiswa setengah superhero, tapi aku sudah pernah menjadi siswa super sibuk karena terlalu banyak mengulur deadline pengumpulan tugas. Jadi, setidaknya aku tahu bagaimana rasanya jadi manusia sibuk.
Aku sempat terharu dengan kata maaf yang kamu selipkan dalam pesan singkat kemarin malam. Apa kata maaf itu sebagai simbol bahwa kamu juga merasa telah mencampakkan aku? Rasanya aku terlalu berlebihan jika menyebut ini semua dengan “mencampakkan”, tapi tak apalah karena hanya diksi itu yang paling mendekati kenyataan. Kemarin malam aku juga terharu karena perjuanganmu melawan kantuk demi menunaikan kewajiban sebagai mahasiswa setengah superhero. Kalaupun aku bisa, rasanya aku ingin membantumu mengerjakan tuntutan dosenmu itu, tapi aku tak akan bisa melakukan itu di dunia nyata.
Apa aku sangat merepotkanmu?
Terimakasih karena mau meladeni pesan singkatku yang tak bergizi itu. Kalaupun kamu tak punya waktu untuk sekedar menulis “Hai” untukku, itu bukan masalah lagi. Ya, aku memang sangat merepotkanmu. Mengirimkan pesan singkat disaat kamu asik berjibaku dengan tugas mungkin akan menambah beban untukmu. Lagi pula apa untungnya berbalas pesan denganku? Tak ada.
Diantara sekian banyak daftar permintaanku, aku menyelipkan dua permintaan khusus. Pertama, agar kamu tetap diberi semangat yang luar biasa. Kamu butuh seseorang yang bisa mendidihkan semangatmu dan menguapkan semua rasa malas. Orang itu jelas bukan aku. Kedua, aku juga berharap semoga kamu bisa melewati semua presentasi dengan lancar. Tanpa harus dihantui rasa nervous yang membuat konsentrasi buyar. Kadang aku membayangkan betapa lucunya seorang laki-laki beralis tebal mendadak pucat pasi didepan banyak orang. (ok, sorry)
Jengkelku kali ini membawa kamu sebagai salah satu bahan tulisanku. Baiknya kamu mengutuk diri sendiri karena kamu telah kuseret dalam rentetan kata ngawurku. Ya, semoga saja rasa jengkelku bisa menguap bersama dengan terbitnya tulisan ini di Blog-ku. Amien.

Terlalu Jauh

Setelah semua orang menentang kemudian datanglah orang yang menawarkan berbagai macam cara untuk keluar dari malah ini, dari menjodohkanku dengan orang yang telah orang tuaku pilih hingga menyarankanku untuk pergi merantau ke luar jawa guna mencari sesuatu yang hilang dari hidupku. Aku tidak pernah melanggar norma susila apalagi menentang ajaran agama. Selama ini aku juga tak pernah merasakan kecupan dikening yang sosweet menurut banyak orang. Tapi mereka selalu menentangku…
Hujan masih terus saja menyirami permukaan bumi untuk membawa kehidupan baru. Mungkin kali ini aku butuh hujan untuk menghidupkan kembali jiwaku yang mati setelah setiap bagian hidupku yang indah memudar bersama cerita cintaku besamamu. Kita berbeda dan takakan pernah sama tapi kita tampak serasi dengan semua perbedaan yang terus mereka permasalahkan.
Semua begitu rumit, apa karena aku terlahir saat kamu sudah berada pada tahun kedua di sekolah dasar kemudian mereka melarangku untuk jatuh cinta padamu? Atau mungkin karena aku masih ingusan saat kamu berada dipenghujung semester pada sekolah menengah atas sehingga mereka takut aku tertipu oleh semua bujuk rayumu? Selama ini kamu selalu menepati semua janji dan kamu juga begitu setia menunggu hingga aku memiliki gelar SH dibelakang namaku.
Persyaratan yang keluargaku ajukan hanya untuk mempersulit jalanmu bersamaku. Aku mulai muak dengan tingkah laku keluargaku yang menilai aku salah karena jatuh cinta pada seorang pria berusia sama dengan kakakku. Rasanya aku ingin mentertawakan diriku yang kini terlihat begitu kecil dihadapan keluargaku sendiri. Semua berusaha merobohkanku, menggoyahkan kepercayaanku padamu, dan meruntuhkan semangatku untuk terus memperjuangkanmu.
Suasana bertambah keruh setelah ‘aku dan kamu yang berbeda’ mulai mereda karena dengan berat hati kucoba untuk melepasmu bersama musim kemarau yang berganti dengan musim penghujan ditahun ini. Datanglah kabar burung tentang pernikahanmu dengan seorang wanita kaya yang seusia denganmu. Gelaktawa semakin ramai kudengar sehingga membuatku begitu mual dan ingin memuntahkan semua isi hatiku. Iya, selama ini aku masih mengunci hati untuk siapapun dengan harapan kamu akan datang dan memintaku lagi. Ternyata perkiraanku salah.

Tuhan yang telah mempertemukan kita… lalu jalan Tuhan pula memisahkan kita, semua telah Tuhan petakan untukku walaupun sesungguhnya aku tak tahu dimana ujung jalan ini tapi aku percaya pada Tuhan yang selalu memberikan apa yang aku butuhkan. Bila pada akhirnya Tuhan tak memperkenankan aku untuk terus mendampingimu hingga Tuhan memeluk kita, aku hanya ingin memelukmu untuk terakhir kalinya.