KFC Depan Suka

Sebelumnya Lembah UGM


Saat menjemputku dia mengenakan jaket rei abu-abu dengan celana jins pendek dan sandal jepit ala kadarnya.

"Mau kemana?" tanyaku.

"Cari magrib" jawabnya singkat.

Kami sudah menyusuri lembah ugm sampai lampu merah sagan lalu berbelok kearah jalan kolombo dan menuntaskan jalan gejayan hanya untuk "cari magrib". Hampir satu jam kami menyusuri selokan mataram dan berkutat dikeramaian kota Jogja. Sampai akhirnya dia putuskan untuk mampir di Kaefci depan Suka.

Setelah memesan banyak makanan, kami memilih duduk di bagian luar Kaefci. Dia langsung melahap burger pesanannya. Puas menikmati burger, dia merogoh kantong dan mengeluarkan satu pak rokok plus korek. Dia menarik sebatang lalu menyalakannya.

"Baru buka puasa sudah ngerokok aja" celetukku.

"Biar gak edan" katanya.

"Aku gak pernah ngerokok tapi kok gak edan?"

"Beda" sekali lagi dia menjawab dengan kata-kata singkat.

Aku sudah menghabiskan satu piring spageti dan burger saat dia mulai berkata, "tadi aku mau ngajak kamu makan di preksu deket Gor UNY tapi rame banget. Harusnya aku jemput kamu lebih awal biar bisa makan disana"

"Ooh.. Jadi ini alasannya kenapa mulai tadi kamu diam aja"

"Gini lho.." kali ini dia mendekatkan wajahnya kearahku. " Hari rabu besok aku berangkat KKN. Aku mau makan preksu dulu sebelum berangkat ke Brebes. Aku takut kangen sama preksu.."

"..dan kamu" sambungnya.

Hampir saja air di dalam mulutku keluar lewat hidung ketika mendengar dua kata terakhirnya. Aku menarik nafas panjang agar tidak cegukan.

"Mas, kamu itu KKN cuma dua bulan. Apa iya sampek sekangen itu sama preksu?" jawabku ketus.

Aku teringat waktu terakhir kali kami makan di preksu. Dia memesan ayam geprek dengan cabe 20 sementara aku hanya berani memesan ayam geprek dengan satu cabe. "Dasar lemah!", komentarnya.

"Ah gak peka! Bukan preksunya.. tapi kamu" dengan geram dia membanting tubuhnya ke sandaran kursi.

Aku tak menjawab rayuan yang satu ini karena pikiranku sedang fokus pada ice cream yang jadi menu penutup buka puasa kali ini.

Sekedar Sampah!

Hari ini satu bulan yang lalu aku menangis  semalam suntuk padahal pagi harinya aku harus melakukan praktik produksi televisi. Job desk yang aku dapat tidak main-main, aku menjadi seorang pengarah acara. Tentu aku harus menjalankan rundown dengan benar, memberi arahan pada switcher, dan lain sebagainya.

Aku memasuki ruang studio dengan mata bengkak. Beberapa orang menanyaiku, "Rahmi kenapa?" "Baru diputusin atau Homesick?" sementara aku hanya bisa menjawab dengan senyum kecut.

Menjelang siang hari bengkak dimataku mulai berkurang. Kesibukanku untuk mengkoordinasi all crew dan install alat membuat membuat proses penyembuhan luka ini semakin cepat.

Ah, tiba-tiba sudah satu bulan..

Selama satu bulan ini aku merasa seperti buronan. Seolah aku yang paling salah, aku yang paling jalang, dan aku yang paling hina. Sedangkan kamu? Hahaha! Laki-laki macam apa kamu ini? Bukankah kamu yang selalu mengemis perhatian dariku, kenapa setelah masalah ini merebak kamu seolah tutup mata? Seolah berkata, "aku tidak tau apa-apa, dia yang menggodaku".

Selama satu bulan ini aku dengan susah payah menghindar. Beberapa hari setelah kejadian itu kamu masih terus mengajakku bertemu dengan alibi ingin selesaikan masalah ini. Bahkan sampai satu minggu berselang pun kamu masih berusaha mengajakku bertemu dengan dalih wanitamu butuh bukti. Bukti macam apa lagi? Bukti bahwa aku tidak lagi menjalin hubungan denganmu? Hahaha! Padahal kita tidak pernah punya hubungan apapun.

Selama satu bulan ini aku berusaha mati-matian untuk keluar dari lingkup organisasimu. Tapi sekali lagi, sahabatmu dengan manisnya menarikku masuk. Meminta bantuan ini itu agar aku tidak merasa tersisih. Memasukkan aku kedalam kepanitiaan HUT agar aku tidak merasa terbuang. Mengajakku ngamen bersama di lampu merah Gejayan agar aku tidak merasa dikucilkan.

Lucu!

Hari sabtu dua minggu lalu sahabatmu menyuruhku datang ke Nol KM untuk menjaga stand. Sahabatmu bilang tidak ada lagi yang bisa dimintai tolong selain aku. Karena semua orang sedang sibuk mendampingi para mahasiswa baru yang akan mengikuti tes keesokan harinya. Dengan lugu, polos, dan tololnya aku datang kesana. Dari kejauhan aku melihat sahabatmu mengitari monumen 1 Maret untuk mencariku. Aku melambaikan tangan, dia membalasnya. Dia mengisyaratkan padaku untuk masuk lewat pintu gerbang dekat benteng. Saat aku sedang asik bercerita ngalor ngidul dengan sahabatmu, tiba-tiba kamu muncul dengan baju panitia. Aku mengumpat dalam hati. Kenapa dia tidak bilang kalau kamu ada disini sebagai panitia, batinku. Aku tak henti-hentinya mengucap sumpah serapah untuk sahabatmu yang dengan rapinya menjebakku.

Pada malam perayaan HUT organisasi aku mengenakan baju yang sama denganmu. Aku dan kamu sama-sama menjadi panitia. Kamu koordinator konsumsi dan aku divisi dokumentasi. Rasanya masih trauma dengan pertemuan sebelumnya, tapi kali ini pertemuan tak bisa lagi dielakkan. Ketika aku menyantap nasi kotak yang sahabatmu dapat entah dari mana, tiba-tiba kamu muncul lagi. Mengacau percakapan sengit kami dan yang lebih parah kehadiranmu membuat nafsu makanku hilang.

Selama satu bulan ini aku tak bisa lupa dengan caramu menimpali caci maki wanitamu. Seperti aku yang paling salah sementara kamu tidak. Seperti aku yang menggoda sementara kamu hanya jadi pihak yang tergoda. Aku rasa kamu tidak cukup bodoh untuk memahami kata-kata ini, "cewek gak akan baper kalo cowoknya gak caper".

Selama satu bulan ini aku belajar untuk memahami bahwa laki-laki yang dulu aku anggap spesial ternyata tidak lebih dari sekedar sampah!

Lembah UGM



Dia masih mengenakan jaket hitam kesayangannya ditambah dengan celana jins panjang dan sepatu nike hitam berjalan tepat di depanku. Menggandeng tanganku menembus kerumunan orang yang mengantri di depan stand makan.

"Bentar lagi magrib. Kamu mau sholat dulu atau makan dulu?"

"Aku mau beli es pisang ijo aja, terus sholat dulu" jawabku.

Dia mengangguk sambil melanjutkan langkahnya menuju sebuah stand es pisang ijo. Tubuhnya yang tinggi menjulang membuatku merasa kecil. Sesekali dia menoleh kebelakang untuk memastikan aku tidak hilang dalam riuhnya pasar sore di lembah UGM.

Suara adzan magrib telah berkumandang, membuat jalanan lebih lega karena semua orang menepi duduk di trotoar sambil menyantap makanan yang dibelinya dari stand-stand makanan.

Aku melihat sekeliling, setiap sudut menyuguhkan pemandangan yang sama. Ini tahun pertama aku puasa di Jogja. Semuanya masih terasa asing. Kalau dia tidak memaksaku untuk ikut aku juga tidak akan tau kalau selama bulan ramadhan lokasi yang dulunya menjadi tempat Sunday Morning disulap menjadi pasar sore.

Pasar sore di Lembah UGM hampir sama seperti "Sunday Morning". Selain lokasinya yang sama, efek macet yang ditimbulkan juga sama persis. Hanya ada satu perbedaannya; jenis barang yang dijajakan.

Kalau Sunday Morning barang yang dijajakan cukup bervariasi, dari baju, sepatu, kerudung, tas, seprai, selimut, dan kelambu semuanya ada. Lengkap. Tapi pedagang di pasar sore Lembah UGM hanya menjajakan makanan. Walau begitu makanan yang dijajakan cukup beragam, mulai dari es pisang ijo, batagor, es buah, kerak telor, sosis bakar, dan lain sebagainya.

Cup yang tadinya berisi es pisang ijo kini kosong. Setelah membayarkan selembar uang 10ribu dan 2 lembar uang 2ribu, kami melanjutkan perjalanan menuju masjid kampus untuk menunaikan ibadah sholat magrib.

Sekilas Tentang Kamu

Sekilas tentang kamu, seorang laki-laki yang sedang berusaha mati-matian menghilangkan namaku dari dalam ingatan.

Ini kali kedua, tapi aku sama sekali tak pernah bertemu denganmu. Sampai kapan kamu menghindar dari aku?

Beberapa hari lalu kamu bicara tentang "Jadi diri sendiri". Apa kamu sudah benar-benar jadi diri sendiri? Apa kamu sudah cukup jujur pada dirimu sendiri? Ayolah, kita hanya saling jatuh cinta bukan berniat untuk saling bunuh.

Hari Rabu lalu kamu mengenakan baju praktik dengan celana coklat plus sandal perahu kesayanganmu itu. Kamu berjalan melewati aku yang duduk di bangku bawah pohon mangga dekat tempat parkir. Apa ekor matamu tak menangkap siluetku yang terus menerus mengamatimu? Sampai kapan kamu harus pura-pura buta?

Jumat lalu aku berulang tahun. Kamu tau.. Dihari itu aku hanya menunggu dua kata dari kamu. Iya, hanya dari kamu. Sementara kamu? Hahaha!

Jangankan diberi kado, diberi sedikit waktu untuk bertemu saja aku sudah merasa bahagia. Sayangnya kamu lebih memilih menyibukkan diri dengan serentetan aktivitas yang entah sungguhan atau hanya dibuat-buat.

Sehari berikutnya, aku sedang di garasi Gedung C saat kamu berada di Gedung yang sama pula. Aku hanya ingin membelikanmu satu cup ice cream karena aku belum cukup egois untuk menikmati bahagiaku sendiri, tapi sekali lagi kamu menghindar. Sebenarnya isi otakmu itu apa?

Sekilas tentang kamu, laki-laki yang terlalu munafik untuk berkata "Aku sayang kamu".

Saranku kamu jangan terlalu memaksakan diri untuk menyingkirkan aku dari hidupmu karena hati kecilmu masih memilih aku.

Kebahagiaan Malam Ini

Seseorang dengan jaket merah marun sedang duduk di depan salon. Wajahnya tak asing lagi. Dia menyanding sebuah kotak kecil yang dibungkus kantong plastik berwarna putih.

"Hai.." Sapaku hangat. "Sudah lama nunggu disini? Maaf ya, tadi ada workshop di kampus."

"Iya gapapa, santai aja. Aku baru sampai juga kok."

Melihat banyaknya puntung rokok yang tercecer di sekitar tempat duduknya tadi membuatku tau kalau dia sedang berbohong. "Jangan bohong. Kamu sudah lama nunggu kan?"

Dia hanya tersenyum tipis. "Ohya.. aku bawain ini buat kamu. Tapi tunggu, aku hidupin dulu lilinnya."

Setelah semuanya siap dia menyodorkan kue tart dengan beberapa lilin diatasnya, "Jangan lupa make a wish dulu". Lagi-lagi senyum simpulnya membuat hatiku rontok.

"Waaaa! Terimakasih!"

Buru-buru aku merapal doa lalu menarik nafas panjang dan meniup lilin. Jari telunjukknya mencolek krim yang ada di atas lalu mengoleskannya di hidungku.

"Maaf cuma bisa beliin kue tart kaya gini di toko roti sebelah, gak bisa beliin kado juga"

Aku menatapnya lurus. "Ini sudah lebih dari cukup. Aku tau akhir-akhir ini kamu sibuk. Kamu sibuk dengan kuliah, praktikum, proyek, dan sebentar lagi kamu KKN. Ketika kamu datang kesini dan sisihkan sedikit waktumu hanya untuk ucapkan Happy Birthday rasanya sudah lebih dari cukup. Karena aku tau waktumu sangat berharga, tidak bisa diganti dengan uang, tapi demi aku.."

Belum sempat aku menyelesaikn kalimat terakhir tiba-tiba dia maju dan memelukku. Waktu berhenti berputar. Mendadak suara bising kendaraan pun tak terdengar. Aku hanya bisa mendengar degup jantungnya. "Terimakasih buat pengertiannya. Terimakasih juga karena sudah mau dipeluk."

Aku segera menyingkirkan lengannya. "Dasar bodoh!" batinku. Ayo bangun! Ini bukan drama korea yang bisa melakukan adegan mesra di sembarang tempat. Aku sedikit mendongak karena penasaran dengan ekspresi wajahnya. Tawaku hampir saja meledak saat mendapati wajahnya yang merah merona.

Lama kami duduk di depan salon sambil menonton kendaraan lalu-lalang. Sekedar informasi, kebetulan aku ngekos disekitar jalan kaliurang. Tepatnya di belakang sebuah salon. Peraturan ditempat kosku sangat ketat, tidak ada laki-laki yang boleh masuk ke dalam kos. Jadi ketika ada teman laki-laki bertandang ke kos aku biasa menemuinya di depan salon alias di pinggir jalan.

"Udah jam 10 nih. Aku mau pamit dulu ya. Lagian besok pagi aku ada acara bersih-bersih maskam," dia berkata dengan sangat hati-hati. Seolah-olah aku adalah wanita yang sangat mudah tersingguh.

"Ooh.. Iya iya. Acara khusus untuk para mahasiswa yang hendak mengikuti KKN kan?"

"Kok kamu tau?" Dia selalu menunjukkan ekspresi heran saat aku tiba-tiba melanjutkan ceritanya.

"Tau dong.. Udah sana kamu pulang terus tidur. Aku tau kamu seharian ini ribet sama proyek. Kamu juga belum makan dari pagi. Dan sepertinya kamu juga belum mandi dari pagi."

Kali ini dia tertawa keras, "kamu paling tau ya."

 Sebelum pulang dia mengelus kepalaku sambil berkata, "jadi anak yang baik ya. Sholatnya jangan bolong-bolong lagi. Konsisten sama kerudungnya. Rajin belajar. Fokus kuliah juga."

Aku mengangguk mantap. Aku sengaja berdiri di depan salon sampai dia menyebrang jalan dan menunggu sampai bayangannya hilang berbaur dengan pengendara motor yang lain.