Sekedar Sampah!

Hari ini satu bulan yang lalu aku menangis  semalam suntuk padahal pagi harinya aku harus melakukan praktik produksi televisi. Job desk yang aku dapat tidak main-main, aku menjadi seorang pengarah acara. Tentu aku harus menjalankan rundown dengan benar, memberi arahan pada switcher, dan lain sebagainya.

Aku memasuki ruang studio dengan mata bengkak. Beberapa orang menanyaiku, "Rahmi kenapa?" "Baru diputusin atau Homesick?" sementara aku hanya bisa menjawab dengan senyum kecut.

Menjelang siang hari bengkak dimataku mulai berkurang. Kesibukanku untuk mengkoordinasi all crew dan install alat membuat membuat proses penyembuhan luka ini semakin cepat.

Ah, tiba-tiba sudah satu bulan..

Selama satu bulan ini aku merasa seperti buronan. Seolah aku yang paling salah, aku yang paling jalang, dan aku yang paling hina. Sedangkan kamu? Hahaha! Laki-laki macam apa kamu ini? Bukankah kamu yang selalu mengemis perhatian dariku, kenapa setelah masalah ini merebak kamu seolah tutup mata? Seolah berkata, "aku tidak tau apa-apa, dia yang menggodaku".

Selama satu bulan ini aku dengan susah payah menghindar. Beberapa hari setelah kejadian itu kamu masih terus mengajakku bertemu dengan alibi ingin selesaikan masalah ini. Bahkan sampai satu minggu berselang pun kamu masih berusaha mengajakku bertemu dengan dalih wanitamu butuh bukti. Bukti macam apa lagi? Bukti bahwa aku tidak lagi menjalin hubungan denganmu? Hahaha! Padahal kita tidak pernah punya hubungan apapun.

Selama satu bulan ini aku berusaha mati-matian untuk keluar dari lingkup organisasimu. Tapi sekali lagi, sahabatmu dengan manisnya menarikku masuk. Meminta bantuan ini itu agar aku tidak merasa tersisih. Memasukkan aku kedalam kepanitiaan HUT agar aku tidak merasa terbuang. Mengajakku ngamen bersama di lampu merah Gejayan agar aku tidak merasa dikucilkan.

Lucu!

Hari sabtu dua minggu lalu sahabatmu menyuruhku datang ke Nol KM untuk menjaga stand. Sahabatmu bilang tidak ada lagi yang bisa dimintai tolong selain aku. Karena semua orang sedang sibuk mendampingi para mahasiswa baru yang akan mengikuti tes keesokan harinya. Dengan lugu, polos, dan tololnya aku datang kesana. Dari kejauhan aku melihat sahabatmu mengitari monumen 1 Maret untuk mencariku. Aku melambaikan tangan, dia membalasnya. Dia mengisyaratkan padaku untuk masuk lewat pintu gerbang dekat benteng. Saat aku sedang asik bercerita ngalor ngidul dengan sahabatmu, tiba-tiba kamu muncul dengan baju panitia. Aku mengumpat dalam hati. Kenapa dia tidak bilang kalau kamu ada disini sebagai panitia, batinku. Aku tak henti-hentinya mengucap sumpah serapah untuk sahabatmu yang dengan rapinya menjebakku.

Pada malam perayaan HUT organisasi aku mengenakan baju yang sama denganmu. Aku dan kamu sama-sama menjadi panitia. Kamu koordinator konsumsi dan aku divisi dokumentasi. Rasanya masih trauma dengan pertemuan sebelumnya, tapi kali ini pertemuan tak bisa lagi dielakkan. Ketika aku menyantap nasi kotak yang sahabatmu dapat entah dari mana, tiba-tiba kamu muncul lagi. Mengacau percakapan sengit kami dan yang lebih parah kehadiranmu membuat nafsu makanku hilang.

Selama satu bulan ini aku tak bisa lupa dengan caramu menimpali caci maki wanitamu. Seperti aku yang paling salah sementara kamu tidak. Seperti aku yang menggoda sementara kamu hanya jadi pihak yang tergoda. Aku rasa kamu tidak cukup bodoh untuk memahami kata-kata ini, "cewek gak akan baper kalo cowoknya gak caper".

Selama satu bulan ini aku belajar untuk memahami bahwa laki-laki yang dulu aku anggap spesial ternyata tidak lebih dari sekedar sampah!

1 komentar: