Setelah semua orang menentang
kemudian datanglah orang yang menawarkan berbagai macam cara untuk keluar dari
malah ini, dari menjodohkanku dengan orang yang telah orang tuaku pilih hingga
menyarankanku untuk pergi merantau ke luar jawa guna mencari sesuatu yang
hilang dari hidupku. Aku tidak pernah melanggar norma susila apalagi menentang
ajaran agama. Selama ini aku juga tak pernah merasakan kecupan dikening yang
sosweet menurut banyak orang. Tapi mereka selalu menentangku…
Hujan masih terus saja menyirami
permukaan bumi untuk membawa kehidupan baru. Mungkin kali ini aku butuh hujan
untuk menghidupkan kembali jiwaku yang mati setelah setiap bagian hidupku yang
indah memudar bersama cerita cintaku besamamu. Kita berbeda dan takakan pernah
sama tapi kita tampak serasi dengan semua perbedaan yang terus mereka
permasalahkan.
Semua begitu rumit, apa karena aku
terlahir saat kamu sudah berada pada tahun kedua di sekolah dasar kemudian
mereka melarangku untuk jatuh cinta padamu? Atau mungkin karena aku masih
ingusan saat kamu berada dipenghujung semester pada sekolah menengah atas
sehingga mereka takut aku tertipu oleh semua bujuk rayumu? Selama ini kamu
selalu menepati semua janji dan kamu juga begitu setia menunggu hingga aku
memiliki gelar SH dibelakang namaku.
Persyaratan yang keluargaku ajukan
hanya untuk mempersulit jalanmu bersamaku. Aku mulai muak dengan tingkah laku
keluargaku yang menilai aku salah karena jatuh cinta pada seorang pria berusia
sama dengan kakakku. Rasanya aku ingin mentertawakan diriku yang kini terlihat
begitu kecil dihadapan keluargaku sendiri. Semua berusaha merobohkanku,
menggoyahkan kepercayaanku padamu, dan meruntuhkan semangatku untuk terus
memperjuangkanmu.
Suasana bertambah keruh setelah ‘aku
dan kamu yang berbeda’ mulai mereda karena dengan berat hati kucoba untuk
melepasmu bersama musim kemarau yang berganti dengan musim penghujan ditahun
ini. Datanglah kabar burung tentang pernikahanmu dengan seorang wanita kaya
yang seusia denganmu. Gelaktawa semakin ramai kudengar sehingga membuatku
begitu mual dan ingin memuntahkan semua isi hatiku. Iya, selama ini aku masih
mengunci hati untuk siapapun dengan harapan kamu akan datang dan memintaku
lagi. Ternyata perkiraanku salah.
Tuhan yang telah mempertemukan kita… lalu
jalan Tuhan pula memisahkan kita, semua telah Tuhan petakan untukku walaupun
sesungguhnya aku tak tahu dimana ujung jalan ini tapi aku percaya pada Tuhan
yang selalu memberikan apa yang aku butuhkan. Bila pada akhirnya Tuhan tak
memperkenankan aku untuk terus mendampingimu hingga Tuhan memeluk kita, aku hanya ingin memelukmu untuk terakhir kalinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar