Manusia Pesisir 2

baca juga Manusia Pesisir 1


Di lain cerita aku pernah bertemu pemuda Singaraja di kelas Geografi sewaktu SMA..

Predikat siswa baru masih melekat padaku, warna seragam yang birunya lain dengan yang lain, dan kerudung yang masih polos tanpa ada bet nama. Waktu itu aku sedang rajin rajinnya cek twitter sambil sesekali berbalas mention dengan teman lama atau teman baru. Ada salah seorang teman baru yang rajin berbalas mention denganku, namanya.. sebut saja Bunga. Bunga selalu aktif di twitter dengan beberapa tweet berbahasa inggris dan dia rajin berbalas pesan dengan Manusia Pesisir satu ini. Sampai pada suatu ketika, Manusia Pesisir meRetweet salah satu dari sekian banyak tweet galau milikku. Rasanya terpental kemasa-masa dimana aku pertama kali mengenal Manusia Pesisir ini.

Awal pertama kenal dengan Manusia Pesisir, dalam ingatanku dia adalah seorang siswa dari SMA yang baru baru ini juga menjadi SMAku. Beralmamater biru, berkacamata, hitam, rambut ikal, dan giginya gingsul. Aku tau semua ciri-ciri fisik itu hanya dari Facebook. Iya intinya kami memang hanya berkomunikasi di Facebook. Ketika itu sedang jaman-jamannya WTW atau Wall to wall, adegan dimana membalas komen pada kolom komentar sudah terlalu menstrim sehingga manusia cerdas Indonesia menggunakan cara lain untuk berbagi kabar. 

Seingatku wall Facebooknya selalu ramai dengan balasan wall dari banyak akun yang tak aku kenal tapi berdomisili di Blitar juga. Pertama mengenalnya kelas 2 SMP dan itu artinya dia masih kelas 1 SMA. Pertama mengenalnya aku tau dia memiliki pacar yang sama gilanya dengan Manusia Pesisir ini. Ada beberapa balasan wall dari pacarnya yang sering membuatku terpingkal, sampai-sampai aku berpikir "ada ya orang pacaran kelakuannya kaya gini". Aku sudah mulai lupa bagaimana detail perkenalan kami di Facebook.

Jaman semakin modern, sampai sampai ibuku memiliki akun Facebooknya sendiri, dan beliau selalu mengomentari semua status galauku. Karena aku orangnya kepo akhirnya aku berusaha untuk move on ke twitter. Pertama kali punya akun twitter rasanya bingung banget. Walau pun setiap hari aku buka twitter, ngetweet, dan baca tweet dari akun bercentang yang aku follow tapi sejujurnya aku gak paham paham banget sama sistem kerja twitter.

Sudah.. lupakan kebodohanku masa itu..

Kelas 3 SMA aku diberi mukjizat untuk pindah sekolah ke Blitar. Yey~ Dan ada satu mukjizat lagi yaitu dipertemukan dengan Manusia Pesisir ini. Dalam sebuah mention dia bilang, "heh denk! kamu pindah sekolah neng mblitar to". Seperti wanita pada umumnya, aku juga doyan ngeles biar mention-mentioannya bisa panjang. haha~ edan! 

Pada akhir adegan mention-mentionan itu dia bilang, "aku lho ndelok jenengku neng absen ngarep BK. Mlebu kelas IIS 3 to?" 

Kali ini aku tidak bisa mengelak lagi. Aku cuma ber iya iya ria saat dia bercerita tentang kedatangannya di SMA beberapa hari lalu. 

Aku mulai lupa bagaimana alurnya, sepertinya cerita ini alurnya bakalan lompat lompat..

Oke singkat cerita,
Siang itu Bunga yang baru masuk kelas berteriak padaku, dia bilang, "fah kamu dicari Manusia Pesisir". Aku melongo. Baru beberapa hari lalu dia bilang sedang di Singaraja, karena dia memang kuliah di Singaraja dan sejak saat itu banyak kata Singaraja muncul dikepalaku karena sebelum tau dia kuliah di Singaraja, ada salah satu dari sekian banyak mantanku yang lahir, besar, dan tamat sekolah di Singaraja tapi kuliah di Jember. 

Sebelum manusia berrambut ikal dan gondrong itu masuk kelas, aku masih meyakinkan diri bahwa apa yang diucap Bunga hanya angin lalu. Memang akhir akhir ini aku rajin berbalas mention dengan Manusia Pesisir ini dan Bunga yang juga mengenal Manusia Pesisir ini sering ngebully aku di kelas. 

Akhirnya, manusia pesisir itu masuk kelas bersama guru Geografi. Deg! Modyar~ yang dikatakan Bunga ternyata benar. Aku masih ingat jelas, hari itu dia mengenakan jas almamater kampusnya, sebagai anak SMA yang sebentar lagi jadi mahasiswa juga, melihat seonggok mahasiswa di sekolah rasanya pasti rada gimana gitu.

Aku anak baru. Biasanya anak baru kalah saing sama anak lama kalau masalah rebutan bangku. Karena aku anak baru yang cinta damai akhirnya aku menikmati takdir untuk duduk di bangku paling belakang dan jauh dari jangkauan guru. Iya, jauh dari jangkauan guru dan.. Manusia Pesisir itu memilih duduk di bangku paling belakang. Berjarak dua meter dari tempat dudukku. Astaga!

Selama pelajaran Geografi semuanya masih baik baik saja, tapi baik baik saja itu berubah jadi kacau karena dia memanggilku, "denk.. denk.. denk..". Awalnya aku cuma nyengir kuda lalu fokus lagi ke pelajaran. Sayangnya dia malah menggeser posisi dudukku lebih dekat kearahku, akhinya aku pun tergoda. Kami baru memulai obrolan ketika salah seorang teman bilang, "cieee hanifah sama masnya.." 

Tanpa dikomando, seluruh mata mengarah pada kami yang sama sama kikuk, bahkan guru Geografi yang notabene adalah wali kelasku juga ikut terkekeh mendengar kalimat temanku itu.

Dan,
Ada satu cerita lagi..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar