Bagaimana kabarmu? Apa kamu masih
mengingat aku? Apa kamu masih menyebut namaku dalam doamu? Maafkan aku karena
telah mecampakkan kamu untuk kesekiankalinya. Hari ini aku datang dengan
tampang pengecut, aku tak berani datang menemuimu secara langsung tapi aku
harap seberkas tulisan ini dapat membuatmu mengerti betapa menderitanya aku
tanpa kamu.
Sekali lagi maafkan aku karena telah
masuk dalam kehidupanmu secara tiba-tiba lalu pergi begitu saja. Aku menulis
ini dengan sejuta rasa rindu yang sudah lama menumpuk, dengan rasa bersalah
yang terus menggunung, dan dengan rasa lelah karena terus berusaha melarikan
diri dari kamu. Sejujurnya aku ingin segera menyerah, bertekuk lutut
dihadapanmu, memohon maaf darimu, dan memulai cerita cinta yang baru.. tentunya
masih bersamamu. Andai kamu tau tentang semua keinginanku yang tak pernah
terpenuhi sejak aku putuskan untuk meninggalkan kamu. Aku hanya ingin bisa
menyapamu dengan sebutan “sayang” seperti dulu. Aku hanya ingin leluasa
mengucap rasa rindu kapan pun yang aku mau. Sebelum aku tidur aku ingin
mendengar gelak tawamu dari ujung telfon seperti malam-malam terdahulu dan satu
hal lagi yang ingin aku beri tahukan kepadamu bahwa aku sungguh-sungguh
menderita karena semua rasa bersalahku.
Seseorang yang dulu bersedia menjadi
pendengar setiaku ketika amarah membuat semua yang aku bicarakan tak ada
artinya, seseorang yang berhasil membuat aku bangkit dari keterpurukan, dan
seseorang yang telah menyelamatkan aku dari kutukan cinta terlarang kini telah
pergi menjauh dariku. Semuanya salahku, aku salah karena waktu itu aku hanya
memandangmu dengan sebelah mata. Bahkan aku tak pernah menganggap kamu ada.
Maaf.. Aku benar-benar menyesal atas semua keacuhanku terhadap kamu. Sekarang
aku tau betapa berartinya kamu setelah kamu benar-benar pergi dari kehidupanku.
Semua air mata yang terlambat membasahi pipi pun tak akan bisa memutar kembali
waktu atau bahkan menyembuhkan semua lukamu.
Mungkin kamu tak bisa menerima jutaan
kata maaf dariku. Aku tau aku memang pantas dihantui rasa bersalah atas ketidak
setiaanku kepadamu waktu itu. Semua orang menganggap aku sebagai orang gila
karena telah mecampakkan laki-laki sebaik dan setulus kamu, tapi aku tak bisa
terus hidup seperti ini. Kepalaku terasa pening ketika seorang terdekatmu
datang dan menjudge aku sebagai
wanita yang suka mengumbar harapan, wanita yang rajin mengucap kata sayang
kepada banyak laki-laki, dan wanita yang kerap datang dan pergi sesuka hati.
Jika kamu juga berpikiran sama seperti yang orang terdekatmu katakan padaku, aku
masih bisa memakluminya. Iya, aku yang dulu memang seperti itu. Namun aku yang
sekarang sudah sedikit berubah dan kalau aku bisa memutar kembali waktu aku tak
ingin mengecewakan kamu hingga berkali-kali seperti dulu.
Aku rindu kamu. Apa sahabatmu sudah
menyampaikan kata rinduku padamu? Apa kamu juga merindukan aku? Beberapa hari
yang lalu aku memang menitipkan salam untukmu. Tak hanya itu, akhir-akhir ini
aku juga semakin sering berbalas pesan dengan sahabatmu itu. Dari
pertengkaran-pertengkaran kecil hingga hal yang serius sering aku bicarakan
dengannya. Ah, aku menemukan kamu di dalam dirinya. Semua kesamaan yang kalian
berdua miliki membuat rasa bersalahku semakin menyesakkan dada. Sungguh, aku
ingin mengulang kembali waktu hingga aku bisa menghindari semua kesalahanku
terhadapmu. Jika waktu itu kembali aku tak akan mengabaikan semua pesan
singkatmu. Jika waktu memberiku kesempatan untuk memperbaiki semua, aku janji
aku tak akan mengumbar kata-kata sayang kepada banyak orang kecuali kamu. Tapi
nyatanya masa lalu itu tak bisa berubah dan aku hanya bisa mengutuk diri atas
semua kebodohan yang pernah aku lakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar