Akhirnya Ketemu Juga

Mataku tak bisa lepas dari sosok wanita di ujung sana. Jarak kami terlalu jauh untuk saling santap, tapi tatap matanya seakan ingin memangsaku. Berkali-kali aku mengela nafas panjang. Skenario apa lagi ini?

“Langsung dimulai aja ya,” Pria mengedarkan pandangan kesegala penjuru. “Tujuan saya kumpulkan kalian disini agar kalian bisa saling kenal. Kita perlu membangun sebuah keharmonisan supaya project kita tidak berhenti di tengah jalan hanya karena ada salah satu crew merasa tidak nyaman dengan kondisi tim kita. Untuk membangun sebuah kerharmonisan itu kita perlu mengenal satu sama lain. Kalian bisa menyebutkan nama, kota asal, tanggal lahir, mafa, dan mifa,” senyum Pria menyembang. “Ohya, satu lagi, status hubungan,” tambahnya.

Sontak beberapa orang yang duduk semeja pun heboh.

“Cukup! Untuk menghemat waktu mari kita mulai sesi kenal mengenalnya. Dimulai dari..” Pria memandangi kami satu persatu. “Nah, Rara aja deh.”

Aku melongo.

“Yang disebutin apa aja?” aku berbisik pada Geraldy.

“Makane lek rapat ki jo turu!” celetuk Banyu.

“Mas Ban,” aku menunduk layu.

“Nama, kota asal, tanggal lahir, mafa, mifa, plus status hubungan” jelas Pria

“Oh..” aku berdiri sambil mengatur nafas sejenak. “Namaku Rara. Asal Jawa Timur. Tanggal lahir sama kaya Pak Soekarno. Mafa es krim. Mifa es krim.”

“Status hubungan?” sahut Geraldy.

“Sudah terlalu lama sendiri,” jawabku datar.

“Terimakasih, Rara, atas perkenalan dirinya. Selanjutnya saya sendiri yang akan memperkenalkan diri.” Pria berdiri, “Nama saya Pria asal Sukoharjo. Lahir tanggal 15 Maret 1993. Mafa gudeg. Mifa Jus buah”.

“Buah apa e, pri?” celetuk Banyu.

Pria melirik manusia berpolo hitam di sampingnya. “Skip.. Skip..” ucapku sambil mencegah Geraldy melempar kata-kata aneh lain.

“Yak, sekarang giliran kamu..” seru Pria pada wanita berambut pirang sebahu, mengenakan kaos ketat, dan kerap mengibaskan rambut akibat kegerahan.

“Terimakasih,” dia merapikan poninya. “Perkenalkan namaku Melania, biasa di panggil Mela. Sudah berpengalaman di bidang make up artistic. Senang berkenalan dengan kalian dan kamu..” dia menatapku tajam. “Rara” lanjutnya. 

Hening. Hanya suara derap kaki pengunjung lain terdengar memekakkan telinga. Mata-mata di hadapanku bergantian mengamati wajah muramku dan senyum menang dari wajah Mela. Aku melirik ke arah Reo, dia hanya menunduk pasrah. Tamatlah aku

Lambat terdengar tepuk tangan dari Pria, berusaha mencairkan suasana. "Terimakasih Mela, kamu bisa bisa duduk lagi."

***

"Saya antar pulang ya," suara Pria mengejutkanku.

"Masih disini? Aku kira sudah pulang."

"Belum," Pria naik diatas motorku. "Ayo, saya antar."

"Terus kamu pulangnya gimana?"

"Saya bisa minta jemput sama Reo," Pria melambaikan tangan pada Reo.

Ragu-ragu Reo melangkah kearah kami. "Ngapa?"

"Sesudah antar Mela pulang tolong jemput saya di kos Rara bisa?"

Reo memandangku lama. "Bisa tukeran aja gak?" ucap Reo sambil melangkah pergi.

"Gimana, Re? Bisa gak?" Pria sedikit teriak.

Reo mengangkat ibu jarinya sambil berlalu. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar