Aku
tidak sedang menulis sebuah laporan hasil pengamatan atau menyelesaikan tugas
karya ilmiah, harusnya aku bisa meluapkan semua kata yang tersusun saat aku
melamun. Aku sering bermimpi bisa menjadi penulis terkenal seperti Raditya Dika
yang bisa bikin semua orang merasa geli karena tulisannya, seperti Dwitasari
yang mampu menyeret seseorang dalam nuansa galau, atau bahkan seperti para
penulis novel ‘Teenlit’ yang sekedar mengangkat cerita dari kehidupan sehari
hari tanpa harus memutar otak terlalu rumit untuk mendapat bahan tulisan.
Aku rasa
belum terlambat jika harus mengawali karir menulisku sekarang. Tapi aku tak
bisa menyentuh hati banyak orang hanya dengan tulisan, bahkan temanku yang
biasanya aku sodori hasil print out
tulisanku mengeluh dengan gaya bahasa yang terlalu berlebihan atau lebih
parahnya lagi dia bilang tulisanku sulit dimengerti. Ah… kalian saja yang tak
pernah mengikuti perkembangan zaman, ujarku untuk menghibur diri. Tapi (lagi)
sampai kapan aku harus menghibur diri dengan kata-kata ala orang udik seperti
itu? Sampai kapan?
Sudahlah,
aku menulis hanya untuk menghibur diri dan menuangkan air kegalauan berwarna
hitam diatas putih tidak lebih dari itu. Dengan kata lain menulis adalah ajang
curhat yang terselubung. Orang keras kepala seperti aku memang lebih pantas
mencurahkan isi hati lewat pekatnya tinta diatas rapuhnya kertas tapi kali ini
aku menulis semuanya menggunakan netbook bukan kertas dan tinta.
Lagi
lagi ide gila untuk menjadi seorang penulis mampir dipikiranku. Iya… iya…
selepas ujian nasional aku akan merampungkan novel alakadarnya untuk diriku
sendiri dan bukan untuk orang lain… Sekian, terima kasih (titikduabintang) ~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar